Sebagaimana halnya di Sulawesi Selatan, keberadaan partner lokal sebagai field officer menjadi kebutuhan. Terlebih lagi di Maluku sebagai wilayah yang dianggap baru bagi tim Bungkesmas. Sebelumnya tim Bungkesmas (STF UIN Jakarta) berharap Mercycorps sebagai partner lokal bisa mendelegasikan salah satu staff-nya menjadi field officer untuk program Bungkesmas. Namun yang demikian itu tidak dimungkinkan mengingat regulasi di Mercycorps tidak membolehkan staffnya untuk merangkap jabatan di projek/kegiatan lain. Akan tetapi Mercycorps juga tidak lepas tangan, mereka kemudian membantu tim Bungkesmas mencari orang lokal dari Ambon yang dapat menjadi field officer program Bungkesmas di Maluku.
Sampai akhirnya bertemulah dengan Stefanus Willem Kastanja yang memiliki pengalaman di bidang pendampingan masyarakat untuk program PNPM/UPK di kecamatan Kuda putih, Seram Bagian Barat, Maluku. Penunjukan saudara Stefanus Willem Kastanja juga melalui proses verifikasi kinerjanya kepada koordinator PNPM Maluku. Setelah terpilihnya saudara Stefanus pada awal April 2015, beliau langsung bergerak cepat membantu tim Bungkemas mempersiapkan beberapa kegiatan Bungkesmas di Maluku.
Kegiatan pertama yang dilakukan di Maluku dalam rangka membangun jaringan dan pertnership untuk implementasi Bungkesmas adalah melakukan Rapat koordinasi (coordination Meeting). Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan melakukan kunjungan ke koperasi atau lembaga keuangan lokal untuk melihat kondisi dan kesehatan lembaga tersebut serta menjalin kerjasama.
Kegiatan coordination meeting pertama dilakukan pada tanggal 18-19 April 2015 di hotel Pacific Ambon. Kegiatan Coordination meeting yang dibingkai dalam bentuk kegiatan sosialisasi dan diskusi tersebut dihadiri oleh 36 peserta dari berbagai unsur, yaitu perwakilan petani dari berbagai daerah di Maluku Tengah, perwakilan dari berbagai koperasi, CU, BMT, UPK, perwakilan dari BAPPEDA Provinsi Maluku Tengah, perwakilan dari Dinas Kesekatan pemerintah provinsi Maluku, dan Dinas Kesehatan Pemkab Maluku Tengah, Perwakilan Dinas Koperasi Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah, PLUT pemerintah Provinsi Maluku, Mercy corps dan dari tim Bungkesmas STF UIN Jakarta.
No
|
Nama peserta
|
Lembaga
|
No
|
Nama Peserta
|
Lembaga
|
|
1.
|
Junus Manuhutu
|
KUD Tumawa,
Desa Haria, kec. Saparua, Maluku Tengah |
19.
|
Pitje
|
Kelompok Tani
Desa Booi, kecamatan Saparua, Maluku Tengah |
|
2.
|
Pitje Matrutty
|
KUD Waituak,
Desa Saparua, kec. Saparua, Maluku Tengah |
20.
|
Hendrik
Luhukay |
Kelompok Tani
Desa Paperu, kec. Saparua, kab. Maluku Tengah |
|
3.
|
Melkis Silaka
|
KUD Uspek,
Desa Auraur, kec. Kairatu, SBB |
21.
|
Agnes SE
Haliwela |
Kelompok Tani
Desa Suli, kab. Maluku Tengah |
|
4.
|
Eljon Sabandar
|
UPK PNPM Kec.
Kairatu, SBB |
22.
|
Rohani Wakoro
|
Kelompok Tani
Desa Sepa, kec. Amahai, Maluku Tengah |
|
5.
|
Lenny Tuamely
|
UPK PNPM kec.
Kairatu Timur, SBB |
23.
|
Hamdani
Wailissa |
Kelompok Tani
Desa Ampera, kec. Amahai, Maluku Tengah |
|
6.
|
Marlen
Haliwela |
KUD Aman
Surit, DEsa Suli kab. Maluku Tengah |
24.
|
Peni Paliurru
|
Kelompok Tani
Dusun Yalahatan, kec. Amahai, Maluku Tengah |
|
7.
|
Salim Paulain
|
KUD pelita
Makmur, Desa Seith, Kec, Leihitu, Maluku Tengah |
25.
|
Irfan Nurlette
|
Kelompok Tani
Desa Tamilouw, kec. Amahai, Maluku Tengah |
|
8.
|
Willem A Patty
|
KUD Unatisa,
Desa Allang, kec. Leihitu Barat, kab. Maluku Tengah |
26.
|
Andre Selanno
|
Kelompok Tani
Desa Waisaria, kec. Kairatu Barat, SBB |
|
9.
|
J. Titarsole
|
KUD Super,
Desa Liliboi, kec. Leihitu Barat, kab. Maluku Tengah |
27.
|
M.A Wattimena
|
Dinas Koperasi
dan UMKM Pemkab. Maluku Tengah |
|
10.
|
Pst. I. Pius
Titirloloby |
Credit Union Hati
Amboina, Kota Ambon |
28.
|
La Surakhim
|
Dinas
Kesehatan Pemprov. Maluku |
|
11.
|
Wanty Wangsih
|
BMT
Al-Ittihad, Batu Merah, Kota Ambon |
29.
|
dr. Nelly H.
Manuhutu |
Dinas
Kesehatan Pemkab. Maluku Tengah |
|
12.
|
Mona Gasper
|
KSP Pemuda Tri
Karya, Kota Ambon |
30.
|
A. Wattiheluw
|
PLUT Provinsi
Maluku |
|
13.
|
Elia Marlissa
|
Kelompok Tani
Desa Hattu, kec. Leihitu Barat, Maluku Tengah |
31.
|
Supriyanto
|
Mercycorps
Indonesia |
|
14.
|
Semy Herharion
|
Kelompok Tani
Desa Liliboi, kec. Leihitu Barat, Maluku Tengah |
32.
|
Usman
|
Mercycorps Indonesia
|
|
15.
|
J. Huwae
|
Kelompok Tani
Desa Allang, kec. Leihitu Barat, kec. Maluku Tengah |
33.
|
Stefhanus
Willem Kastanja |
Field officer
Bungkesmas di Maluku |
|
16.
|
Ahmad Samal
|
Kelompok Tani
Desa Wakasihu, kec. Leihitu Barat, Maluku Tengah |
34.
|
Ameli Fauzia
|
STF UIN
Jakarta |
|
17.
|
Zulkifli Pakay
|
Kelompok Tani
Desa Ureng, kec. Leihitu Barat, Maluku Tengah |
35.
|
Emi Ilmiah
|
STF UIN
Jakarta |
|
18.
|
Ahmad Nukuhehe
|
Kelompok Tani
Desa Seith, kec. Leihitu Barat, Maluku Tengah |
36
|
Sri Hidayati
|
STF UIN
Jakarta |
Mengingat tim Bungkesmas (STF UIN Jakarta) minim pengalaman di Maluku, maka sebagaimana di desain di awal, untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Maluku, STF harus mengandeng lembaga lokal yang dikenal dan dipercaya oleh masyarakat dan pemerintah. Mercycorps dipilih untuk mendampingi STF menjalankan program di sana karena dianggap telah memenuhi persyaratan tersebut. Karenanya dalam kegiatan Coordination meeting, STF juga menjadikan Mercycorps sebagai host kegiatan agar masyarakat dan pihak pemerintah mau hadir dalam kegiatan coordination meeting tersebut.
Ada tiga agenda utama dalam kegiatan coordination meeting, yaitu: Pertama, untuk mengetahui pandangan para stakeholders (petani, koperasi/CU/BMT/UPK, masyarakat, pemerintah daerah kabupaten dan provinsi) tentang Bungkesmas; Kedua, Diskusi dan action plan, dan Ketiga adalah penandatangan komitmen kerjasama.
Setelah registrasi, kegiatan dimulai dengan pemberian sambutan. Sambutan pertama dari Mercycorps disampaikan oleh Bapak Supriyanto, Program Manajer Mercycorps di Maluku. Dalam sambutannya Mercycorps mengapresiasi Bungkesmas dan juga STF UIN Jakarta. Mercycorps cukup surprise dengan adanya perguruan tinggi (UIN Jakarta) yang mau melakukan pemberdayaan masyarakat di Maluku. Dalam sambutannya, bapak Supriyanto menyampaikan tentang problem petani cengkeh, dan pola hidup petani cengkeh yang konsumtif. Beliau juga menyinggung program BAPPEDA tentang Posdaya yang sesungguhnya bisa disinergikan dengan Bungkesmas.
Sambutan kedua disampiakan oleh ibu Amelia Fauzia, Direktur program Bungkesmas UIN Jakarta. Dalam sambutannya beliau mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang hadir terutama Mercycorps. Selanjutnya ibu Amelia menjelaskan tentang sejarah program Bungkesmas dari sejak inisiasi pada tahun 2010, dan sampai rencana ekspansi ke Maluku atas bantuan Ford Foundation. Ibu Amelia Fauzia juga memperkenalkan STF UIN Jakarta sebagai lembaga sosial kemanusiaan yang berbasiskan kampus dan program-program yang dilaksanakan.
Dalam menjelaskan program Bungkesmas, Bu Amelia menceritakan adanya inisiatif Bungkesmas karena tergelitik melihat kondisi masyarakat yang kelihatannya mampu tetapi ketika jatuh sakit hidupnya terpuruk, dan tidak bisa bekerja karena modalnya habis. Keberadaan Bungkesmas tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, petani, koperasi. Agar semuanya berjalan baik, program tersebut juga perlu dukungan dari pemerintah.
Selanjutnya acara pertemuan koordinasi dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan BAPPEDA provinsi Maluku, Bapak Ilham Taudah. Dalam sambutannya beliau mengapresiasi STF UIN Syarif Hidayatullah yang sudah melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan pemerintah sebelum terjun ke lapangan. Beliau juga mengapresiasi Mercycorps yang telah memfasilitasi STF dan acara pertemuan koordinasi tersebut, dan menyapaikanya sebagai bentuk kerjasama yang baik. Terkait dengan Bungkesmas beliau menyampaikan bahwa ada dua institusi yang penting untuk berkoordiansi yaitu Dinas Koperasi dan Dinas Kesehatan, karenanya penting keberadaan BAPPEDA untuk mengkoordinasikan kesatuan teknis di daerah.
Selanjutnya acara pertemuan koordinasi dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan BAPPEDA provinsi Maluku, Bapak Ilham Taudah. Dalam sambutannya beliau mengapresiasi STF UIN Syarif Hidayatullah yang sudah melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan pemerintah sebelum terjun ke lapangan. Beliau juga mengapresiasi Mercycorps yang telah memfasilitasi STF dan acara pertemuan koordinasi tersebut, dan menyapaikanya sebagai bentuk kerjasama yang baik. Terkait dengan Bungkesmas beliau menyampaikan bahwa ada dua institusi yang penting untuk berkoordiansi yaitu Dinas Koperasi dan Dinas Kesehatan, karenanya penting keberadaan BAPPEDA untuk mengkoordinasikan kesatuan teknis di daerah.
Ada beberapa persoalan mendasar yang disampaikan oleh bapak Ilham Taudah terkait kondisi masyarakat di Maluku:
1) Pada aspek ekonomi: kemiskinan menjadi prioritas untuk dituntaskan
2) Pada aspek kesehatan: angka kematian ibu masih tinggi, sementara jangkauan layanan kesehatan masih jauh
3) Pada aspek pendidikan: rata-rata anak Maluku baru bisa sekolah sampai kelas 9.
1) Pada aspek ekonomi: kemiskinan menjadi prioritas untuk dituntaskan
2) Pada aspek kesehatan: angka kematian ibu masih tinggi, sementara jangkauan layanan kesehatan masih jauh
3) Pada aspek pendidikan: rata-rata anak Maluku baru bisa sekolah sampai kelas 9.
Dalam kesempatan itu, Bapak Ilham Taudah menyampaikan bahwa Bungkesmas adalah program yang bagus, bisa menjadi complemeter dari BPJS. Selain itu Bugkesmas juga sederhana dan murah. Dengan capaian jumlah peserta yang ada membuktikan bahwa program Bungkesmas mudah diterima di masyarakat. Persoalannya adalah perlu mempersiapkan kelembagaannya seperti koperasi atau lembaga keuangan lainnya yang ada di masyarakat. Demikian itu terkait juga dengan ketersediaan sumberdaya manusianya, tidak hanya laki-laki tetapi juga perempuan. Program Bungkesmas sangat tepat bila bisa melibatkan para perempuan (ibu-ibu). Beliau pernah menyampaikan di SKPDU untuk mencari tahu seberapa banyak program pemerintah yang menjangkau perempuan. Terkait dengan Bungkesmas beliau menyampaikan bila perlu Bungkesmas dibuat PERDAnya.
Dalam sambutannya tersebut, bapak Ilham Taudah juga menekankan pentingnya partisipasi dari berbagai pihak, yaitu pemerintah, perbankan, badan usaha milik daerah serta pengusaha. Serta penting adanya pendampingan. Karena banyak program yang gagal karena kurangnya pendampingan. Beda halnya bila kelembagaan dan SDMnya sudah baik, maka pendampingan mungkin tidak diperlukan lagi. Berbagai tantangan yang mungkin akan dihadapi untuk pengembangan program Bungkesmas yaitu Maluku sebagai wilayah kepulauan, perjalanan harus dengan kapal laut yang seringkali terkendala oleh iklim atau cuaca. Akan tetapi beliau menyarankan untuk membuat prioritas pengembangan Bungkesmas pada wilayah-wilayah yang dapat dijangkau, yaitu Kota Ambon dan Maluku Tengah.Yang terakhir ditekankan sebelum membuka acara adalah pentingnya ada kepercayaan “Trust”. STF sendiri sebagai penggagas Bungkesmas namanya mengandung kata-kata “Trust,” maka programnya harus bisa dipercaya.
Sesi Selanjutnya adalah presentasi program Bungkesmas yang disampaikan oleh ibu Amelia Fauzia. Persentasi dimulai dengan pemutaran video/film Bungkesmas. Pemutaran film memiliki tujuan supaya Bungkesmas lebih mudah dipahami sekaligus untuk menstimulus respon dari peserta yang hadir. Presentasi Bungkesmas kemudian dilanjutkan dengan penjelasan Bungkesmas dengan menggunakan power point, dimulai dari latarbelakang, penjelasan aspek tabungan, asuransi dan kerjasama dengan lembaga keuangan serta prosedur pendaftaran dan klaim. Dari situ banyak sekali pertanyaan serta tanggapan dari peserta diantaranya adalah tentang penjelasan prosedur pendaftaran, penjelasan terkait asuransi Bungkesmas antara lain tentang kriteria cacat yang ditanggung, tentang jenis-jenis kecelakaan, prosedur klaim, double klaim, persyaratan kepesertaan. Adapula yang mempertanyakan kredibilitas perusahaan asuransinya, karena di Maluku banyak perusahaan asuransi tidak bisa dipercaya. Diantara komentar peserta juga ada yang mempertanyakan program pemerintah selama ini yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Diantara peserta yang bertanya adapula Kadis Koperasi Kabupaten Maluku Tengah, bapak Echa Wattimena yang menanyakan tentang siapa yang menanyakan kelembagaan STF juga menegaskan tentang alur/prosedur tentang kepesertaan asuransi dan klaim juga peran pemerintah dalam program.
Sesi selanjutnya adalah action plan program Bungkesmas yang difasilitasi oleh Emi Ilmiah. Dari kegiatan action plan ada beberapa point penting yang diminta oleh peserta diantaranya dari:
- Bapak Pitje dari KUD Waituak, Desa Booi, kecamatan Saparua: beliau minta dibantu untuk menyampaikan program Bungkesmas dan meyakinkan ke anggota/masyarakat dengan meminta personal dari Mercycorps atau STF datang memberikan pemahaman langsung.
- Pastur Pius dari CU Hati Amboina: beliau masih mempertanyakan soal kepercayaan kepada program, menanyakan apakah ada kantor cabang Bungkesmas di Maluku, serta mempertanyakan kriteria yang dipakai untuk memilih koperasi yang diajak untuk bekerjasama, serta pihak-pihak yang bertanggungjawab bila terjadi masalah atau macet.
- Permintaan lainnya dari peserta adalah Mercycorps Indonesia atau STF hadir dalam RAT yang tujuannya adalah supaya membangun kepercayan masyarakat, adanya suntikan dana, serta bantuan beasiswa bagi anak-anak anggota.
Sesi Terakhir kegiatan ini adalah informasi mengenai Perjanjian Kerjasama. Tim Bungkesmas memperlihatkan kontrak kerjasama bagi lembaga keuangan yang ingin bergabung dengan program Bungkesmas, kemudian mendiskusikan isi kerjasama tersebut. Kontrak perjanjian kerjasama tersebut tidak langsung ditandatangani oleh lembaga keuangan yang hadir, karena sebagian besar dari mereka harus mendiskusikan terlebih dahulu dengan pengurus lainnya. Untuk menindaklanjuti perjanjian kerjasama tersebut tim Bungkesmas selanjutnya mengutus field officer Bungkesmas (Stefanus Willem Kastanja) untuk mendatangi setiap lembaga keuangan tersebut, sekaligus membantu menjelaskan ulang program Bungeksmas kepada pengurus koperasi atau lembaga keuangan lainnya.